Soal Pemain Indonesia Tak Ingin ke Luar Negeri, Simon McMenemy: Keluarga Nomor Satu

By Mukhammad Najmul Ula, Jumat, 29 Mei 2020 | 17:30 WIB
Simon McMenemy saat melatih timnas Indonesia.

Melihat fenomena tersebut, Simon McMenemy membagikan pengalamannya melakukan tes psikologi terhadap pesepak bola Indonesia usia 16-17 tahun dalam sebuah proyek dari Nike pada 2015-2016.

Saat itu, Simon memberikan tumpukan majalah kepada para pemain untuk mengetahui motivasi mereka dalam bermain sepak bola.

Para pemain yang baru berusia remaja tersebut dipersilahkan memotong gambar-gambar dari majalah untuk menggambarkan cita-cita yang ingin dicapai dalam berkarier di sepak bola.

"Kita ingin melihat kira-kira apa yang bisa sepak bola berikan pada mereka. Apakah itu uang, kekuasaan, popularitas, perempuan, rumah, atau apa pun itu," ujar Simon.

Simon lantas mendapat simpulan menarik ketika para pemain mengumpulkan papan yang berisi potongan gambar dari para pemain.

"Hampir semua pemain, bahkan yang berumur 16 tahun, mengatakan bahwa hal nomor satu yang mereka inginkan (bila sukses berkarier) adalah untuk bisa membantu keluarga," ucap Simon.

"Tidak ada yang berkata ingin jadi pemain terbaik di dunia, memenangi Ballon d'Or, bermain di Liga Inggris, atau jadi milyuner," lanjut Simon.

"Nomor satu bagi mereka adalah membahagiakan keluarga," tandas Simon.

Menurut Simon, sikap seperti itu merupakan budaya khas Indonesia yang tak bisa dibilang negatif.

"Itu adalah budaya individual yang sulit (diubah), tetapi bukan hal negatif. Keluarga. Saling menjaga. Selalu bersama," begitu simpulan Simon.

"Ketika mereka mendapat kontrak mereka di umur 18/19 tahun, lalu mendapatkan cukup gaji, mereka membantu keluarga, bahkan keluarga jauh dan anggota keluarga yang lebih muda," ucap Simon lagi.

Oleh karena itu, ketika para pemain sudah bisa membahagiakan keluarga besar, mereka tak merasa perlu untuk mencapai target lebih tinggi.

"Ketika ada yang berkata, 'Kamu bisa lebih baik lagi', para pemain menjawab, 'Tapi kenapa? saya sudah mencapai target nomor satu saya'," jelas Simon.

Menurut Simon, para pelatih harus menyesuaikan diri dengan budaya yang sudah melekat dalam diri para pemain muda Indonesia tersebut. 

Baca Juga: Samakan Liga 1 dengan Premier League, Bek Persiraja: Instagramku Menggila