Siapa Tokoh Utama di Balik Kekalahan Miris Indonesia dari Yordania? Jawabannya Jelas ...

By Najmul Ula, Senin, 13 Juni 2022 | 05:00 WIB
Skuad timnas Indonesia saat menghadapi Kuwait di Kualifikasi Piala Asia 2023.

Penyebab utama yang bisa diajukan dalam kekalahan Indonesia semalam adalah, karena skuat Yordania memang memiliki kualitas di atas penggawa Garuda.

Musa Al Tamari yang merumput bersama OH Leuven menjadi sosok yang selalu mengancam di sektor kiri.

Sejumlah peluang sundulan yang didapat Yordania pada babak pertama berasal dari area yang dikuasai Musa Al Tamari, dan untungnya Nadeo Argawinata selalu sigap mementahkan ancaman.

Pada permulaan babak kedua, Al Tamari pula yang menjadi kreator terciptanya gol Yordania, saat ia menemukan ruang di belakang Pratama Arhan.

Al Tamari segera menggeser bola ke muka gawang yang tak dijaga Nadeo, dan Yazan Al Naimat tak kesulitan merobek jala Indonesia.

Selain penyebab eksternal di atas, kekalahan Indonesia juga bisa ditelusuri lewat kondisi internal tim.

Shin Tae-yong tak memiliki banyak pilihan di lini depan seturut absennya Egy Maulana Vikri.

Witan Sulaeman dan Saddil Ramdani bisa tampil bagus kala menghadapi Kuwait, tetapi tak cukup mengancam saat dihadapkan dengan bek Yordania.

Baca Juga: Kiper Timnas di Era Shin Tae-yong Mendadak Sakti, Ernando-Syahrul-Nadeo Seakan Tak Tertembus Oleh Penalti

Irfan Jaya menampilkan performa buruk dalam dua laga beruntun, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai kualitas pemain yang masih bermain di Liga 1.

Asnawi Mangkualam juga bekerja di bawah standar sehingga kerap menghilangkan bola dan sempat gagal mengontrol umpan.

Berbeda saat melawan Kuwait kala pasukan Merah Putih beberapa kali mengancam, Indonesia terlihat sangat kesulitan mendekati gawang Yordania.

Ancaman terbesar Indonesia justru datang dari Pratama Arhan, yang dua kali melempar jauh hingga melewati jangkauan kiper Yordania (sekali disapu bek, sekali membentur mistar).

Jadi, terlalu banyak faktor untuk menyimpulkan penyebab kekalahan Indonesia, dan sebaliknya, tak boleh ada satu pihak yang mengklaim sebagai aktor tunggal jika Indonesia menang.

Baca Juga: Samsul Arif Sudah Berusia 37 Tahun Tapi 'Pakewuh' Sama Fabiano Beltrame, Penalti Persis Solo Terbuang Sia-sia