Polisi Terungkap Jadi Penyebab Utama Tragedi Hillsborough, Siapa Bertanggung Jawab atas Bencana Kanjuruhan?

By Najmul Ula, Minggu, 2 Oktober 2022 | 19:32 WIB
Kerusuhan yang kabarnya menimbulkan banyak korban jiwa terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya di Liga 1, Sabtu (1/10/202) di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Serupa di Stadion Kanjuruhan, suporter pada mulanya dianggap sebagai penyebab terjadinya insiden mematikan ini.

Suporter Arema FC terlihat memasuki lapangan usai peluit akhir karena merasa kesal dengan hasil akhir 2-3 untuk kemenangan Persebaya.

Namun, suporter yang masuk lapangan tak akan membuat korban jiwa berjatuhan, andai penanganan dari kepolisian dilakukan dengan manusiawi.

Belakangan terungkap bahwa polisi menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang memasuki lapangan.

Padahal, gas air mata yang menguar jelas akan mempengaruhi semua orang di sekitar, termasuk yang tidak bersalah apa-apa di tribun.

Ketika gas air mata ditembakkan, sontak seluruh penonton berusaha menghindar dan mencari pintu keluar, itu pun kalau mereka tidak lebih dulu kolaps.

Penggunaan gas air mata (dan senjata api) kemudian diketahui dilarang oleh FIFA.

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia telah menduga ada pelanggaran Hak Asasi Manusia oleh polisi dalam peristiwa semalam.

Baca Juga: Dzenan Radoncic Mundur dari Timnas Indonesia, PSSI Buka Lowongan Asisten Baru untuk Shin Tae-yong

"Kami menilai bahwa penanganan aparat dalam mengendalikan massa berpotensi terhadap dugaaan pelanggaran HAM," demikian pernyataan YLBHI (2/10/2022).

"Kami menduga bahwa penggunaan kekuatan yang berlebihan (excessive use force) melalui penggunaan gas air mata dan pengendalian massa yang tidak sesuai prosedur menjadi penyebab banyaknya korban jiwa yang berjatuhan."

Liga 1 2022/23 untuk sementara dihentikan hingga penyelidikan atas insiden ini selesai.

Baca Juga: Sepak Bola Inggris Berubah Total Usai Tragedi Hillsborough, Bisa Apa PSSI Usai Peristiwa Mencekam di Kanjuruhan?