Blunder Berulang Bima Sakti di Laga Terpenting Timnas Indonesia, Memang Beda Kelas Dibanding Pelatih Asing?

By Najmul Ula, Senin, 10 Oktober 2022 | 12:48 WIB
Pelatih timnas U-17 Indonesia, Bima Sakti, tampak sedang memberikan intruksi kepada para pemainnya saat bertanding dalam laga Kualifikasi Piala Asia U-17 2023 di Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat, 9 Oktober 2022.

Kegagalan terbesar Bima Sakti terjadi pada laga ketiga melawan Thailand, saat ia mengambil keputusan mengejutkan mengubah komposisi tim.

Andritany Ardhiyasa yang "tak bersalah" dalam dua laga pertama melawan Singapura dan Timor Leste, diputuskan digeser oleh Awan Setho.

Perjudian Bima Sakti mempercayai Awan Setho harus dibayar mahal, karena kiper muda itu menjadi penyebab langsung gol pertama Thailand.

Thailand pun dapat membalikkan dengan cepat, lalu memenangi laga dengan skor 4-2.

Empat tahun berselang, Bima Sakti kembali melakukan blunder dalam hal pergantian pemain, kali ini di level timnas Indonesia U-17.

Kapten berpengaruh Iqbal Gwijangge absen karena kartu kuning, dan Bima Sakti memilih memainkan Femas Crespo yang sejatinya seorang gelandang bertahan.

Tanpa berlatih di lapangan sebelum laga, Femas Crespo menjadi titik lemah Indonesia di lini pertahanan saat melawan Malaysia.

Ia menjadi penyebab langsung gol pertama Malaysia, yang kemudian diikuti gol kedua, ketiga, dan keempat.

Baca Juga: Nasib Timnas U-17 Indonesia di Ujung Tanduk usai Dibungkam Malaysia di Laga Terakhir Kualifikasi Piala Asia U-17 2023

Baru setelah itu Bima Sakti menyadari kesalahannya dan mengganti Femas dengan Andre Pangestu, lalu cuma kebobolan satu gol lagi.

Di turnamen Kualifikasi Piala Asia U-17 ini, keputusan Bima tak mengupgrade skuat dan tak merotasi skuat menjadi problem lain yang "membunuh" tim ini.

Dalam dua aspek terakhir tersebut (upgrade dan rotasi), Bima tak mengikuti Shin Tae-yong di timnas U-20.

Jika empat tahun lalu Bima Sakti gagal mempertahankan level yang dibangun Luis Milla, kini ia gagal meniru keputusan jitu yang diambil Shin Tae-yong.

Barangkali memang seruan "local pride" tak berlaku untuk membawa timnas Indonesia berprestasi di kancah internasional.

Baca Juga: Jumlah Peserta Grup Tak Merata Buat Indonesia Keok di Klasemen Runner-up, AFC Gagal Ciptakan Kompetisi Adil?