Nil memang gagal mengangkat performa tim yang sejatinya jor-joran di bursa transfer awal musim.
Saat ini Dewa United terjerembab di zona degradasi dengan koleksi 14 poin, berselisih dua poin dari tim terakhir di luar zona merah.
Dengan demikian terdapat delapan pelatih yang sudah kehilangan jabatan saat paruh musim, jumlah yang mengerikan mengingat Liga 1 hanya beranggotakan 18 tim.
Tujuh pelatih yang sebelumnya juga mendapat nasib serupa meliputi Robert Alberts (Persib), Javier Roca (Persik), Jacksen F Tiago (Persis), Sergio Alexandre (PSIS), Dejan Antonic (Barito), Eduardo Almeida (Arema FC), dan Milomir Seslija (Borneo).
Jika dibandingkan dengan Liga Inggris, Liga 1 jauh lebih kejam dan menandakan manajemen klub bersumbu pendek dalam melihat performa tim.
Hingga pekan ke-16 Premier League musim ini, baru ada lima tim yang membuang pelatih.
Lima tim tersebut yaitu Chelsea (Thomas Tuchel), Aston Villa (Steven Gerrard), Bournemouth (Scott Parker), Wolverhampton (Bruno Lage), dan Southampton (Nathan Jones).
Jumlah tersebut tidak menghitung Brighton yang merelakan kepergian Graham Potter ke Chelsea.
Dengan jumlah lima pemecatan dari 20 klub, Liga Inggris yang merupakan kompetisi teratas dunia tampak sangat bersahabat dibanding Liga 1.
Fenomena pemecatan Liga 1 yang tak masuk akal ini sudah disuarakan mereka yang bertahan di kursi panas klub Indonesia.
"Situasi yang tidak bagus untuk sepak bola," sesal Teco (16/8/2022).
"Baru bermain tiga pertandingan di liga, saya pikir itu terlalu awal, Liga 1 kemarin hanya lima (enam -Red) bertahan sampai akhir kompetisi," urai Teco dari Bali United.
"Saya masih harus memahami banyak tim di sini, apa yang saya lihat adalah gairah suporter sangat luar biasa," ujar Bernardo Tavares dari PSM.
"Yang saya tahu kalau kalah tiga kali, mungkin saya jadi orang berikutnya yang dipecat," tandasnya.