"Percayalah, di Eropa dan Amerika Selatan tidak ada TC jangka panjang, karena semua (pemain) tampil di liga utamanya."
"Karena sampai sekarang di klub Eropa dan Amerika, klub yang menggaji pemain, mungkin di Korea Selatan agak berbeda," tandasnya.
Kata-kata pedas Doll untuk Shin Tae-yong itu seharusnya tak pernah terjadi jika PSSI mengatur kesinambungan jadwal klub dan timnas.
Federasi di negara maju memiliki pelatih di tiap kelompok umur timnas, sehingga semua latihan bisa dipampatkan pada masa FIFA Matchday.
Dalam kasus Indonesia, hal itu tak bisa dilakukan karena PSSI memberi mandat pada Shin untuk melatih tiga level timnas.
Dalam keadaan Shin Tae-yong terpaksa menggelar latihan di tengah kompetisi (karena FIFA Matchday difokuskan untuk timnas senior), PSSI bersikap pasif tak menghubungi klub.
Pasifnya PSSI itu terungkap dari penjelasan manajer Persebaya Surabaya, Yahya Alkatiri, saat melepas Marselino Ferdinan ke Belgia.
Selama ini, PSSI disinyalir hanya mengirim surat pemanggilan ke tiap klub, tanpa menjelaskan mengapa itu dilakukan saat kompetisi bergulir.
"Persebaya meminta PSSI untuk menjalin komunikasi dengan klub terkait program timnas, terutama pemusatan latihan jangka panjang," pinta Yahya (2/2/2023).
"Persebaya mempertimbangkan untuk tidak mengirimkan pemain ke timnas, jika PSSI dan pelatih timnas tidak menjalin komunikasi yang baik, tidak mencari win-win solution."
"Bahkan, Persebaya bisa saja mengambil sikap, hanya mengirimkan pemain untuk timnas dalam rentang FIFA Matchday atau saat liga break," tegasnya.
Dalam pernyataan Persebaya tersebut, PSSI jelas "tidak menjalin komunikasi", "tidak mencari win-win solution", serta memaksa klub melepas pemain.
Jika semua klub berpikir seperti Persija dan Persebaya, PSSI bisa-bisa tak memiliki pemain untuk dimainkan di ajang internasional.