Ratu Tisha Sebut Ada Salah Kaprah di Masyarakat Soal Jumlah Talenta Sepak Bola Indonesia

Mukhammad Najmul Ula - Minggu, 7 Juni 2020 | 08:20 WIB
Mantan Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria.
MUHAMMAD ROBBANI/BOLASPORT.COM
Mantan Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria.

BOLANAS.COM - Eks Sekjen PSSI, Ratu Tisha, mengungkapkan jumlah talenta sepak bola Indonesia tak sebesar yang dikira masyarakat.

Eks Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha Destria, baru-baru ini angkat bicara soal talenta sepak bola di Indonesia.

Ratu Tisha merupakan mantan Sekretaris Jenderal PSSI yang menjabat pada 2017 hingga 2019.

Pengunduran diri Ratu Tisha pada 14 April 2020 dari posisinya sebagai Sekretaris Jenderal PSSI memang mengejutkan banyak pihak.

Memang, Ratu Tisha dianggap cukup berjasa dalam memperbaiki sepak bola Indonesia.

Baca Juga: Bek Persija Beberkan Momen Indah Bersama Timnas Indonesia

Di antara banyak hal yang telah diperbuat Ratu Tisha selama di PSSI, salah satu yang paling mencolok ialah keberhasilannya menggulirkan Elite Pro Academy bagi klub-klub peserta Liga 1.

Kompetisi Elite Pro Academy bagi usia 16 tahun sudah tergelar sejak 2018.

Sementara itu, kelompok umur 18 tahun dan 20 tahun menyusul pada 2019.

Kompetisi pembinaan usia muda tersebut dipandang sebagai terobosan luar biasa mengingat keringnya kompetisi usia muda di Indonesia sebelumnya.

Baca Juga: Sempat Dikaitkan dengan Persib Bandung, Kiatisuk Senamuang Siap Kembali Melatih

Masyarakat Indonesia terhipnotis dengan jumlah penduduk Indonesia yang begitu besar, sehingga dianggap seharusnya mampu menciptakan sekian banyak talenta kelas dunia.

Padahal, menurut Ratu Tisha, anggapan masyarakat tersebut salah kaprah.

"Sebenarnya kita tidak bicara himpunan (jumlah penduduk) 250 juta orang. Himpunan database kami, pemain elite usia muda yang terdaftar terakhir itu di angka 10.500 saja," ujar Ratu Tisha dalam diskusi virtual PRiADI dan BagiData pada awal Mei 2020.

"Jadi, kita bicara dari himpunan yang sangat sedikit," lanjutnya.

Lagipula, jumlah pemain yang barangkali sudah berlatih keras di level domestik belum tentu memiliki jam terbang internasional.

"Bukan hanya melalui satu proses instan, yang mungkin cuma bermain 10.000 jam tapi tak ada pengalaman internasional lebih dari 50 persen," jelasnya.

Akibat dari keadaan tersebut ialah para pemain Indonesia tak bisa bersaing dengan pemain dari negara lain yang sudah memiliki jam terbang tinggi.

Ratu Tisha menambahkan, jumlah tersebut akan berkurang tiap tahunnya melalui mekanisme seleksi alam berupa kompetisi berjenjang di level domestik dan internasional.

Oleh karena itu, agar memunculkan talenta berkualitas dari seleksi alam tersebut, Ratu Tisha menyebut pembinaan usia muda menjadi tak dapat ditawar.

Terdapat proses berliku untuk menemukan sedikit talenta dalam himpunan yang sudah sangat sedikit tadi.

"Harus berkompetisi secara berjenjang setiap tahunnya, tidak bisa tidak. Jadi, nantinya mereka yang berhasil mencapai level timnas senior adalah benar-benar orang terpilih dari seleksi jenjang yang sudah mereka lalui," pungkasnya.

Baca Juga: Ruben Sanadi Sebut Wacana Liga 1 Tanpa Degradasi Menghilangkan Motivasi Klub


Editor : Mukhammad Najmul Ula
Sumber : Kompas.com
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.