Bahkan Era Klopp Akan Berakhir, Kapan Waktu yang Tepat Mengganti Shin Tae-yong?

Najmul Ula - Kamis, 1 Februari 2024 | 16:00 WIB
Pelatiih timnas Indonesia Shin Tae-yong saat memberi pernyataan kepada awak media jelang menghadapi Australia di babak 16 Besar Piala Asia 2023.
PSSI
Pelatiih timnas Indonesia Shin Tae-yong saat memberi pernyataan kepada awak media jelang menghadapi Australia di babak 16 Besar Piala Asia 2023.

BOLANAS.COM - Shin Tae-yong akan habis kontrak pada Juni, PSSI suatu saat harus menggantinya dengan sosok yang tepat.

Setelah Piala Asia 2023 rampung, Shin Tae-yong dengan demikian menutup siklus empat tahun di timnas Indonesia dengan gemilang.

Coach Shin diumumkan sebagai pelatih timnas Indonesia pada Januari 2020, yang berarti ia telah melewati anniversary keempat.

Durasi tersebut terbilang luar biasa bagi PSSI, yang biasanya hobi menggonta-ganti pelatih setiap tahunnya.

Satu dekade sebelum kedatangan Shin, tak kurang 11 pelatih pernah duduk di kursi panas tim Garuda.

Shin Tae-yong terbilang sukses besar mengangkat derajat Merah Putih di pentas internasional.

Ia menerima tim yang terjerembab di peringkat FIFA 170, dan bulan ini mengantarkan ke peringkat 142.

Sepanjang empat tahun, berbagai prestasi ditorehkan, seperti finalis Piala AFF 2020, dan yang terbaru di Piala Asia 2023.

Indonesia untuk pertama kali tampil di Piala Asia sejak 2007, tetapi tak canggung untuk langsung menggebrak hingga 16 besar.

Baca Juga: Deinze Sedang Moncer, Prospek Realistis Marselino Ferdinan Temani Pemain Singapura di Bangku Cadangan

Prestasi tertinggi Shin Tae-yong itu dibayangi kontraknya yang akan habis pada Juni.

Ketum PSSI Erick Thohir menekankan masih ada satu tugas terakhir bagi pelatih asal Korea Selatan.

"Di Piala Asia U-23 2024 nanti,Indonesia harus berbicara banyak," ucap Erick saat berbicara mengenai kontrak.

"Tugas Shin Tae-yong untuk segera benahi sektor itu agar target tercapai."

Netizen Indonesia tengah terbuai dengan kehebatan Shin Tae-yong, tetapi setiap pelatih ada eranya.

Pengunduran diri Juergen Klopp setelah delapan tahun di Liverpool menjadi pengingat, tim harus terus berevolusi.

Contoh yang mirip dengan Shin di Indonesia yaitu Mauricio Pochettino di Tottenham pada 2019.

Pochettino menerima Spurs sebagai tim papan tengah pada 2014, untuk kemudian mengubah mereka menjadi penantang juara hingga menembus final Liga Champions.

Baca Juga: DEADLINE BURSA TRANSFER - Menanti Rencana Elkan Baggott Turun Kasta dari Ipswich Town

Memasuki 2019/20, performa Spurs menjadi stagnan dan para pandit menyebut Pochettino sudah "di ujung jalan".

Setelah mengerahkan segenap tenaga untuk menciptakan mesin mematikan, Pochettino tak bisa lagi mengangkat tim ke level lebih tinggi.

Setidaknya itu pendapat chairman klub Daniel Levy, yang kemudian menunjuk Jose Mourinho sebagai pengganti.

Sejarah membuktikan penunjukan pelatih spesialis pemenang dalam diri Mourinho (dan Antonio Conte) tidak membawa Spurs ke mana-mana.

Indonesia sudah didongkrak oleh kemampuan Shin, dan PSSI berada dalam situasi seperti Levy pada 2019.

Gejala di Kualifikasi Piala Dunia 2026 menunjukkan stagnasi: kalah telak dari Irak dan imbang melawan Filipina.

Hanya performa trengginas di Piala Asia 2023 yang membuat Shin Tae-yong kembali punya daya tawar tinggi.

Nafsu Levy mendatangkan pelatih tenar untuk Spurs berujung nestapa, dan PSSI tak boleh mengulang keputusan gegabah serupa.

Baca Juga: Alarm dari Kasus Carlos Fortes, Klub Liga 1 Terancam Digembosi Akibat Bursa Transfer Beda Sendiri


Editor : Najmul Ula
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.